Nama Frank De Boer kembali ramai dibicarakan setelah muncul rumor bahwa ia tengah didekati oleh sejumlah klub dan federasi, termasuk Indonesia. Namun di balik segala pembicaraan itu, ada kisah masa lalu yang kembali terangkat: hubungan profesionalnya bersama Erick Thohir saat keduanya berada di Inter Milan. Hubungan ini pernah menimbulkan banyak kontroversi, terutama karena periode singkat dan hasil yang kurang memuaskan. Artikel ini akan mengupas lebih dalam memori buruk antara De Boer dengan Erick Thohir, serta melihat bagaimana peristiwa itu membentuk persepsi publik terhadap keduanya hingga saat ini.
Permulaan Hubungan De Boer dengan Erick Thohir
Pada tahun 2016, Inter Milan memasuki era transisi di bawah kepemimpinan pengusaha asal Indonesia. Erick berambisi membangun kembali Inter Milan setelah bertahun-tahun tanpa gelar. Sebagai bagian dari visinya, sang presiden klub memutuskan Frank De Boer menjadi pelatih baru. Pilihan ini cukup mengejutkan, karena De Boer baru saja mengakhiri tugasnya di Ajax Amsterdam tanpa pengalaman panjang di Italia. Kerjasama antara De Boer dan Erick Thohir di awal masa kerja cukup menjanjikan. Keduanya sering menghargai cara kerja satu sama lain. Sayangnya, keharmonisan itu tak berjalan sesuai harapan.
Kesulitan yang Dihadapi Sang Pelatih Selama di Italia
Begitu menangani Inter Milan, De Boer menghadapi banyak masalah. Pertama, dirinya diangkat dalam waktu singkat sebelum musim dimulai. Situasi tersebut membuat Frank De Boer tidak punya kesempatan untuk beradaptasi. Para pemain juga menyesuaikan diri terhadap filosofi sepak bola Belanda. Sebuah tantangan terbesar adalah benturan budaya. Pendekatan metode intensif De Boer kurang sesuai dengan mentalitas pemain Italia. Hal ini memicu gesekan dalam internal tim.
Ketegangan Tersembunyi antara De Boer dan Erick Thohir
Walau tidak pernah dibeberkan terbuka, banyak laporan mengabarkan tentang adanya ketegangan di antara keduanya. Beberapa sumber melaporkan bahwa pelatih asal Belanda itu merasa kurang mendapat kepercayaan dari manajemen. Di sisi lain, Erick Thohir beranggapan kalau De Boer kurang fleksibel dalam taktik. Konflik kecil itu semakin besar ketika hasil buruk menimpa tim. Selama periode singkat, klub tersebut menelan enam kekalahan serta jatuh di klasemen Serie A.
Pemecatan Sang Pelatih Belanda di Inter Milan
Hanya 85 hari berselang, De Boer akhirnya dipecat dari jabatannya. Pemecatan ini menjadi akhir singkat kerja sama antara De Boer dan Erick Thohir. Para pendukung Inter berpendapat bahwa keadaan tersebut tidak sepenuhnya salah De Boer. Sebab, organisasi internal Inter saat itu belum stabil. Yang menarik, sang pemilik klub mengakui kalau pemecatan De Boer merupakan langkah sulit. Erick menyebut bahwa De Boer punya potensi, tetapi situasinya tidak tepat.
Dampak Memori Buruk antara De Boer dan Erick Thohir
Cerita De Boer dengan Erick Thohir mewariskan jejak mendalam di antara keduanya. Bagi sang pelatih Belanda, pengalaman di Inter adalah salah satu fase kenangan pahit dalam kariernya. Sementara untuk Erick sendiri, peristiwa tersebut menjadi momen reflektif tentang sinkronisasi dalam klub sepak bola berpengaruh besar. Bahkan, setiap ada isu baru tentang De Boer, nama Erick Thohir sering ikut disebut. Fenomena ini membuktikan kuatnya kesan kenangan lama antara keduanya.
Pandangan Media atas De Boer dengan Erick Thohir
Media Italia masih menyimpan cerita antara keduanya sebagai bagian dari periode sulit Inter Milan. Beberapa pengamat mengatakan kalau keduanya terlalu cepat mengambil keputusan pada situasi yang kompleks. Namun, sebagian pihak yang berpendapat bahwa De Boer tidak diberi kesempatan cukup. Sedangkan Erick Thohir dinilai kurang sabar menjaga stabilitas tim. Hasilnya, pemutusan kerja sama dini itu menjadi catatan negatif bagi keduanya.
Penutup
Kisah tentang De Boer dan Erick Thohir selama di Italia merupakan refleksi penting mengenai dunia sepak bola modern. Tak setiap kolaborasi ambisius berakhir sesuai harapan. Untuk Frank De Boer, masa lalu itu menjadi pengingat bahwa adaptasi adalah kunci. Sedangkan bagi Erick Thohir, peristiwa itu mengajarkan betapa sulitnya menyatukan visi. Kini, di saat nama De Boer kembali ramai, memori buruk antara keduanya terangkat ke permukaan. Mungkin bagi publik, cerita itu telah berlalu, tapi bagi catatan sepak bola, kisah ini akan selalu diingat dari perjalanan klub biru-hitam tersebut.









